Serdang Bedagai -- Sebuah kisah pilu dialami keluarga Sutrisno (43) dan istrinya Sepiani (40) warga Dusun VI, Desa Ujung Rambung, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai.
Sutrisno dan Sepiani dikaruniai dua orang anak. Namun, anak keduanya bernama Suryati tidak seberuntung seperti anak-anak pada umumnya yang tumbuh dengan normal.
Gadis berusia 12 tahun ini terlahir mengalami kelumpuhan dan tak bisa melihat serta berbicara, menyandang disabilitas (keterbatasan fisik).
Sutrisno dan Sepiani tetap bersabar menerima kenyataan pahit tersebut. Tak putus asa, keduanya tetap bersyukur dan berupaya mengurus serta menafkahi Suryati seperti orang tua lainnya.
Mereka tinggal di sebuah rumah berstatus menumpang milik orang tua Sepiani, Sutrisno kepada awak media mengatakan, untuk kelangsungan hidup keluarganya, ia bekerja sebagai petani sayur.
"Saya hanya bertani sayur-sayuran. Pengasilan alah kadarnya untuk memenuhi kebutuhan anak pertama masih sekolah dan putri keduanya cacat fisik," tutur Sutrisno dengan linangan air mata jatuh dari sudut matanya, Senin (27/9/2021).
Sutrisno mengungkapkan, keadaan dialami anaknya Suryati, merupakan cobaan dari Allah SWT atas karunia diberikan momongan anak istimewa.
"Anak adalah titipan sang pencipta. Oleh karenanya, harus bersyukur meskipun keadaan seperti itu (bisu dan tidak bisa berbicara). Dengan keterbatasan biaya, kami berusaha membawa berobat, tapi hanya sebatas dibawa ke puskesmas terdekat," akunya.
Sepiani, selaku istri Sutrisno tidak tinggal diam. Dirinya berjualan pecal keliling berupaya mencukupi kebutuhan hidup.
"Aku sudah lima belas tahun jualan pecal keliling. Itu semua dilakukan demi membantu pengasilan suami yang alah kadarnya," ujar Sepiani.
Sepiani menyebut, pengasilan per hari dari jualan pecal keliling sebesar lima puluh ribu rupiah.
"Dari pengasilan itu lah, aku cukup-cukupi kebutuhan hidup," sebut Sepiani dengan nada terbata-bata.
Rasa pilu dicampur sedih, Sepiani tak kuasa melihat keadaan Suryati. Namun, Ia tidak bisa berbuat banyak, selain berdoa kepada Allah SWT kesembuhan putrinya.
"Orang tua mana yang yang tak sedih melihat anak seperti ini. Tetapi mau bagaimana lagi. Bisa makan sehari-hari saja sudah bersyukur. Mau membawa Suryati berobat ke rumah sakit besar, tidak punya uang," lirih Sepiani.
Bagaimana rasanya selama belasan tahun merawat Suryati. Hanya orang-orang kuat yang mampu melewatinya. Begitulah penyampaian yang bisa diungkapkan melihat kesabaran yang dimiliki Sutrisno dan Sepiani.
Disinggung terkait bantuan pemerintah, Sutrisno dan Sepiani mengaku, belum sama sekali menerima apapun.
"Bantuan seperti PKH, BLT serta KIS tak pernah didapat. Untuk berobat Suryati dan kebutuhan hidup dari pengasilan bertani dan jualan pecal keliling," ucap Sutrisno didampingi istrinya Sepiani.
Dari itu, Sutrisno dan Sepiani mengharapkan orang dermawan yang dapat meringankan beban mereka.
"Bila mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, alhamdulilah. Jika tidak, apa mau dibilang. Kemungkinan kami tak layak dibantu, karena dianggap mampu," pungkasnya. (EWI)
0 Komentar