Jakarta — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendampingi penerima Beasiswa Indonesia Maju (BIM) Non-degree Angkatan 3 Tahun 2023 membuat proyek sosial. Pelajar secara berkelompok diminta mampu mendeteksi masalah di masyarakat dan menghadirkan solusinya.
Salah satunya yang dilakukan dua siswi penerima BIM Angkatan 3, yakni Cyra Anindya dan Rayyana Amaluna. Mereka menghadirkan aplikasi Medella.
Inovasi muncul lantaran keresahan keduanya akan potensi stunting anak usia dini. Aplikasi Medella mampu mendeteksi potensi stunting anak.
"Untuk mengetahui sejauh mana gizi atau kondisi kesehatan anak berusia nol sampai dua tahun," jelas Rayyana di kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Rabu, 1 November 2023.
Aplikasi ini juga dapat mengetahui gizi dan kondisi kesehatan ibu hamil. Rayyana mengatakan aplikasi ini menjadi pemicu bagi ibu untuk lebih memperhatikan asupan gizi.
"Sehingga menaikkan kesadaran mengenai maraknya stunting atau kurang gizi di Indonesia," tutur siswi SMA Labschool Cirendeu tersebut.
Cyra menuturkan aplikasi Medella telah dijalankan pada scope kecil di masyarakat sebagai prototipe proyek. Tim menyasar kelompok rentan stunting di sekitar TPS Lebak Bulus dan Posyandu Pisangan, Tangerang Selatan.
"Di sana selain deteksi menggunakan Medella kami juga pemutaran video (edukasi stunting), kuis, dan pembagian menu dan makanan dengan gizi baik. Selain itu, juga melakukan kolaborasi pendampingan dan edukasi stunting di dua lokasi tersebut," beber siswi SMA Labschool Kebayoran itu.
Proyek sosial Rayyana dan Cyra menjadi salah satu dari 145 proyek dalam Gelar Karya Penerima BIM Angkatan 3 Tahun 2023. Ratusan proyek itu dihasilkan oleh 348 siswa yang menerima manfaat BIM.
Setidaknya, ada enam bentuk proyek yang dikerjakan siswa. Mulai dari proyek terkait lingkungan, teknologi, pendidikan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, hingga sosial budaya.
Kepala Pusat Prestasi Nasional Kemendikbudristek, Hendarman, menjelaskan proyek sosial yang dikerjakan siswa akan mendukung portofolio mereka ketika mendaftar ke kampus luar negeri. Hal itu dinilai akan memuluskan mereka masuk ke perguruan tinggi tujuan.
"Di luar negeri, proyek sosial ini jadi penilaian. Kami ikuti trennya dengan proyek sosial ini, akan memudahkan mereka untuk diterima," ungkapnya.
Hendarman menyebut pihaknya menyediakan mentor untuk pendampingan selama siswa mengerjakan proyek tersebut. Sehingga, hal ini menjadi panduan yang baik bagi siswa dalam pengayaan non akademik.
"Peserta BIM ini diberikan pembekalan untuk merencanakan proyek yang implementatif dan bermanfaat untuk masyarakat," tutur dia.
Penerima BIM Non-degree merupakan siswa SMA yang dipersiapkan untuk lanjut studi S1 di dalam dan luar negeri. Siswa penerima BIM S1 Non-degree didampingi mulai untuk mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) di kampus tujuan, proyek sosial, hingga meraih skor IELTS atau TOEFL sesuai persyaratan penerimaan kampus di luar negeri. (wennie)
0 Komentar