Breaking News

6/recent/ticker-posts

Gelar Webinar Nasional; Ikatan Keluarga Alumni Kebangsaan Lemhannas Tekankan Relevansi Pancasila di Era Modern

Tarunaglobalnews.com Jakarta — Ikatan Keluarga Alumni Kebangsaan Lemhannas (IKABNAS) menggelar Webinar Nasional bertema "Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara." Acara tersebut menghadirkan Dr. Faizal Hafied, Ketua IKABNAS, sebagai keynote speaker, bersama beberapa pembicara lain termasuk Imam Rozikin, seorang dosen Prodi Administrasi Publik dan juga Deputi Organisasi, SDM dan Optimalisasi Anggota IKABNAS. (1/10/24)

Faizal Hafied membuka diskusi dengan paparan umum mengenai peran Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang terus relevan di tengah tantangan global. Menurut Faizal, Pancasila tidak hanya menjadi pedoman etis tetapi juga menjadi dasar kuat bagi persatuan dan kebangsaan yang dinamis.

Sorotan utama dalam webinar ini adalah pemaparan Imam Rozikin, yang mengkaji posisi Pancasila dalam konteks ideologi dan praktik politik kontemporer. Rozikin mengaitkan gagasan Pancasila dengan pemikiran Aristoteles tentang "ethics," menekankan bahwa Pancasila bukan sekadar doktrin, melainkan sebuah kerangka etis yang mengarahkan kehidupan berbangsa.

Rozikin menegaskan bahwa Pancasila mencerminkan kebaikan hidup bersama yang harus diwujudkan dalam operasionalisasi kekuasaan negara. Ia menekankan bahwa tanggung jawab negara dalam memenuhi kewajiban terhadap rakyatnya sejalan dengan nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, keberagaman, dan keadilan sosial. "Pancasila bukan hanya sekadar perangkat pemerintahan," jelasnya, "tetapi merupakan refleksi dari jiwa dan cita-cita bangsa Indonesia."

Dalam presentasinya, Rozikin juga menggarisbawahi pentingnya reproduksi nilai-nilai Pancasila melalui tindakan sehari-hari oleh warga negara. Ia mengingatkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, terdapat fluktuasi dalam dukungan terhadap Pancasila, disertai dengan kontestasi ideologis yang semakin mencuat. Menggunakan perspektif etika Aristoteles dan teori State-in-Society dari Migdal, Rozikin menekankan perlunya menjaga relevansi Pancasila sebagai "citra kebajikan politik”.

Lebih jauh, Imam Rozikin menegaskan bahwa Pancasila, sebagaimana diimajinasikan oleh Soekarno, adalah ideologi yang hidup dan dinamis, mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Menurutnya, relevansi Pancasila tetap kuat, namun konsistensi dalam praktik, baik oleh negara maupun masyarakat, diperlukan untuk menjaga ideologi ini tetap hidup.

"Seperti yang dirumuskan oleh Bung Karno, Pancasila bukanlah dokumen statis. Ia terus hidup dan harus dipraktikkan di berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Rozikin. Ia juga menyoroti perlunya sinergi antara pendidikan, kebijakan negara, dan penguatan nilai-nilai Pancasila di ruang publik untuk memastikan ideologi ini tetap menjadi panduan moral bagi bangsa Indonesia.

Webinar ini menegaskan bahwa Pancasila, di tengah tantangan modernitas dan globalisasi, tetap menjadi pedoman etis yang relevan dan esensial bagi Indonesia. Penerapannya yang terus berkembang melalui kebijakan negara dan praktik komunitas menunjukkan fleksibilitas dan kekuatannya sebagai ideologi bangsa. (Sapari)

Posting Komentar

0 Komentar