Tarunaglobalnews.com Banyuwangi – Seorang driver ojek online (ojol) di Banyuwangi, Muji atau yang akrab di sapa pak Ita, menyampaikan keluhannya terkait program “Goceng” dari aplikasi GOJEK, yang menurutnya lebih merugikan ketimbang mensejahterakan mitra driver. Ia menilai tarif Rp5.000 per satu kali orderan tidak cukup layak untuk menutupi biaya operasional, terlebih dengan tingginya kebutuhan sehari-hari yang harus ditanggung oleh driver.
Menurut pak Ita, selisih tarif yang dibayarkan pelanggan dan yang diterima oleh driver menjadi sorotan. “Pelanggan membayar sekitar Rp13.000 untuk layanan GoFood, belum termasuk biaya bungkus, tapi yang masuk ke driver hanya Rp5.000. Lalu, sisanya ke mana?” ungkapnya. Ia merasa bahwa program ini seolah memeras tenaga driver tanpa mempertimbangkan kesejahteraan mereka, terutama saat harga BBM, kebutuhan pokok, dan biaya perawatan kendaraan terus meningkat.
Dandi juga menyoroti bahwa program ini belum sesuai diterapkan di kota kecil seperti Banyuwangi, di mana jumlah pesanan terbatas dan persaingan antar driver tinggi. “Kalau di kota besar seperti Bali atau Surabaya mungkin masih memungkinkan, tapi di Banyuwangi, pesanan sedikit sementara driver banyak. Teman-teman reguler yang tidak mendapatkan program Goceng pun semakin sulit mendapatkan orderan,” katanya.
Ia berharap pemerintah memperhatikan keluhan para driver ojol dan mempertimbangkan kebijakan yang lebih adil. “Kami ingin pemerintah bisa menegur perusahaan aplikasi ini agar memperbaiki sistemnya, agar driver bisa tetap sejahtera,” harap pak Ita. (Yudha AO)
0 Komentar